DORO SANGIA
Sejarah kawasan
Cagar Alam Pulau Sangiang ditunjuk berdasarkan SK Menhutbun
No. 418/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 dengan luas 7.492,75 Ha. Secara
astronomis terletak diantara 119o15’ – 119o40’ BT dan 8o5’ – 8o30’ LS. Secara
administratif kawasan Cagar Alam Pulau Sangiang terletak di Kecamatan Wera
Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kawasan ini dibatasi oleh Laut Flores di sebelah utara, di
sebelah selatan dibatasi dengan Laut Indonesia, di sebelah timur dengan Laut
Sape dan di sebelah barat dengan Kabupaten Dompu.
Profil
Gunung api sangiang api (1986 MDPL) adalah suatu pulau
gunung api yang terletak di bagian timur laut pulau Sumbawa yang memiliki luas
+/- 215 km2 dan termasuk dalam wilayah desa sangeang, kecamatan wera, kabupaten
bima, nusa tenggara barat. Secara geografis berada pada 80 11’ LS dan 1190 3,5’
BT.
Untuk menuju lokasi gunung sangeang api dari mataram dapat
dicapai dengan menggunakan perjalaan darat dan pesawat udara, Perjalanan Darat
dari Mataram sampai dengan Bima menelan waktu selama ±12 Jam perjalanan,
kemudian dilanjutkan dengan kendaraan roda empat menuju desa sangeang api dalam
waktu 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan menyeberabngi selat dari sangeang
darat ke sangenag pulau menuju sori fanda yang letaknya di bagian selatan pulau
sangiang dengan menggunakan perahu motor selama 2 jam. Untuk menuju puncak
gunug api sangiang api harus ditempuh dengan berjalan kaki, diantaranya dari
arah selatan dimulai dari Sori Fanda menyusuri Sungai Kering Bekas Aliran
Lahar, kemudian keluar melalui Jalur Ilalang dan Punggungan yang di tumbuhi
puluhan pohon sejenis Flamboyan, dengan waktu tempuh selama ± 9 Jam, kemudian dilanjutkan dengan menyusuri parit
kecil dan bekas aliran lahar dengan kondisi medan yang berpasir dan berkerikil
menuju lembah antara Puncak sangiang Api dan Puncak Doro Ma ntoi. Lokasi
pendakian menuju puncak sangiang Api dimulai dilembah ini dengan melewati
padang Ilalang dan pasir halus serta bebatuan yang mudah Longsor, untuk
mencapai Puncak Sangiang Api, Pendaki harus berjalan di atas bibir kawah
kemudian turun ke Lembah Kawah mati dan dilanjutkan dengan pendakian menuju
PUNCAK Sangiang Api dari arah utara Bibir kawah.
Topografi
Kondisi topografi merupakan daerah ± 90% bergelombang dan
berbukit-bukit hingga bergunung-gunung dengan puncak tertinggi adalah Gunung
Sangiang (1986 MDPL). Kondisi geologi terdiri dari tanah berdebu dan ditumbuhi
oleh vegetasi yang lebat. Di dalam kawasan terdapat dua buah sungai yang
mengalir sepanjang tahun yaitu sungai Sori Sola dan Sori Feto dan ada sumber-sumber
air dekat dengan pantai.
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt-Ferguson kawasan
Cagar Alam Pulau Sangiang bertipe iklim E. Jumlah curah hujan 283 mm dengan
jumlah hari hujan 18 hari.
Sejarah Letusan
Berikut catatan letusan yang pernah terjadi :
1512 letusan terjadi di salah satu atau kedua kawah pusatnya
1715 kegiatan letusan teramati tanggal 23 maret 1812 oleh
reinwardt.
1860 menurut Reiche letusan terjadi sejak tgl 11 september
hampir satu bulan.
1911 letusan eksplosif, keluar asap hitam sehingga turun
hujan abu di sebelah utara. Pada tanggal 13 februari 1911 hembusan asap di
puncak terus menerus.
1927 eksplosif normal (keterangan lebih lanjut tidak ada)
1953 letusan terjadi tanggal 9 maret dengan pusat doro api,
sebelumnya diawali terasa gempa bumi terasa diikuti letusan yang menyebabkan
gelap sekitar 3 hari akibat jatuhan piroklastik (abu sampai lapili) di sekitar
pulau sangeang. Hasil letusan lainnya berupa aliran lava di hulu Sori Oi
(bagian barat) dan endapan lahar sekitrar Sori Oi hinga pantai membentuk
endapan selebar 2 km serta dio Sori Miro juga sampai [pantai membentuk tanjung
kecil. Akibat letusan tersebut penduduk di Joro Sangenag (Pusat perwakilan
Sdesa Sangenag Darat) dan Toro Ponda yang jumlahnya sekitar 1250 jiwa diungsikan
ke sangeang darat.
1964 letusan terjadi tanggal 29 januari dengan pusat Doro
Api diawamli oleh gempa bumi kemudian kepulan asap, bara api dan aliran lava
yang mengalir ke arah barat daya (Sori Oi dan Hulu Sori Mbere,) serta kle arah
tuimur laut (Soir Berano) penduduk yang bermukim di pulau Sangenag pada saat
itu seluruhnya diunsikan ke sangeang darat.
1985 letusan terjadi tanggal 30 Juli dengan pusat Doro Api
menghasilkan enpdapan piroklastik (abu – lapili) ke atrah selatan dan membentuk
aliran lava ke arah Sori Mbere (selatan). Penduduk yang mengungsi dari pulau
sangenag ke sangenag darata sekitar 263 KK yang bersal dari Kp. Joro Sangenang,
Toro Ponda, dan Donggo.
1997 letusan terjadi tangal 24 Januari sdengan pusat Doro
Api, menghasilkan enndapan pirolasitik (abu – lapili) ke arah timur dan
membentuk aliran lava ke arah Sori oi (barat) menutupi lava 1985 dan ke arah
Sori Berano (timur laut) menutupi lava 1964, sedangkan endapan awan panas
mengisi lembah Sori Berano dan Sori Isu. Mankin ke muara endapan awan panas ini
berangsur – angsur menjadi lahardan di muara Sori Isu lebarnya mencapai 300 m.
Da bagian puncak Doro Api terdapat kawah baru hasil letusan tahun 1997 dengan
diameter sekitar 60 meter kedalaman sekitar 15 m dari dasar kawah dan masih
terus tumbuh, mengalir dan gugur ke lembah Sori Berano dan Sori Oi. Penduduk
yang diubngsikan setelah terjadi letusan Januari 1997. seluruhnya sekitar 110
kk terutama bersal dari kampung Joro Sangngeang, toro Ponda, dan Donggo.
Gunung api sangiang termasuk dalam gunung aktif tipe A. Gunung
api ini terbentuk strato dengan beberapa kawah, kubah dan sekitar 6 (enam) buah
kerucut, yaitu : Doro Ondo (1846,71), Doro Monggo ( 1332, 44 mdpl), Doro Mantoi
( 1795,86 mdpl), Dewa Mboko (1462,71mdpl), Doro Ego (1547,34 mdpl) dan Doro
Sangeang atau Doro Api (1986 MDPL). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hasil
pada kompleks gunung api sangenag api telah terjadi beberapa kali lertusan.
Pusat kegiatan gununug api saat ini terletak di puncak Doro Api yang dikenal
dengan nama gunung sangeang api.
Berdasar pada beberapa literatur (Kusukamdinata, 1979)
sebelum periode letusan 1953 kaldera Gunug Sangeang api masih utuh di bagian
utara dan timur, sisanya terdapat di sebelah barat –barat daya (Doro Monggo)
dan sedikit di sebelah selatan (Doro Mantoi), sedangkan bagian selatan terbukla
sama sekali, hingga pinggir sungainya menyerupai sebuah sepatu kuda. Setelah
peristiwa pembentukkan kaldera maka di dasarnya terbentuk 3 (tiga) buah kerucut
utamayaitu : Doro Ondom, Doro Api, dan Doro Mantoi. Doro Ondo dan Doro Api
lahir di dalam kaldera, tetapi Doro Mantoi mungkin juga pada pematang lingkaran
atau di luarnya (Keunen, 1953).
Doro Ondo merupakan kerucut tertua, tetapi mana yang lebih
dulu terbentuk, Doro Api atau Doro Mantoi masih menjadi pertanyaan. Dilihat
dari sejarah letusan terdahulu sampai dengan pemantauan tanggal 16 – 27
September 1998 (Heryadi & Rahmat, dkk) pusat aktifitas guung sangiang api
terletak di Doro Api.
Berdasar pada sejarah erupsinya, gunung api Sangeang Api
aktif meletus sebelum dan sesudah tahun 1953. setelah 1953 tercatat paling
sedkit 5 kali dan dari letusan tersebut yang paling utama adalah letusan 1953,
1964, 1985, 1997 dan 1998 yang menghasilkan beberapa kawah, kubah lava, endapan
awan panas, lahar disertai munculnya hembusan solfatara dan fumarolla pada
dasar dan lereng kawah/kubah. Peningkatan kegiatan sebelumnya terjadi pada
tahun 1512,1715,1860,1911,dan 1927.
Potensi
Kawasan Cagar Alam Pulau Sangiang mempunyai potensi flora
dan fauna yang cukup penting diantaranya Kesambi (Schleicera oleosa), Maja
(Crypterania puniculata), Bidara (Merrimis sp), dan Imba (Azodirachta indica).
Sedangkan beberapa jenis fauna yang ada yaitu Rusa (Cervus timorensis), Raja
Udang (Alcedo caerulies cens), Koakiau (Philemon buceroides) dan Elang
(Haliastur indus).
Dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah perlindungan,
ekttifitas yang memungkinkan dilakukan adalah pendidikan. Namun di luar potensi
tersebut, di Pulau Sangiang juga terdapat makam dua orang syech yang
menyebarkan agama Islam pada jaman dahulu kala, yang terletak di Oi Kalo (Syech
Syamsuri) dan Puncak Doro Ondo (Syech Syamsuddin). Di sekitar kedua makam ini
merupakan daerah yang sangat kental nuansa religiusnya (keramat).
Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk disekitar kawasan bermata
pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi berkebun, berdagang, nelayan dan
PNS.
Bagaimana mencapai ?
Mataram – Bima, perjalanan Darat (12 Jam)
Bima – Wera
(Ambalawi), kendaraan darat (3½ jam)
Wera –Sangiang Darat, kendaraan Darat (45 Menit)
Sangiang Darat – Pulau Sangiang, Perahu Boot (2 Jam
sumber RUMAH ILALANG( informasi tentang alam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar